Powered By Blogger

Selasa, 11 Maret 2014

Maafkan.


27 Februari 2014

Maafkan aku.
Aku tak bisa membayangkan bila aku harus kehilangan mereka. Aku tak bisa membayangkan bila aku harus berpisah dengan mereka. Aku tak tahu seberapa banyak tetesan air mata yang keluar dari tangisanku. Apa aku kuat dengan hari itu? Apa aku tabah dengan semua itu? Aku tak benar-benar yakin untuk dapat sabar dan kuat saat aku harus kehilangan mereka. Aku menangis.. Air mataku tertumpah.. saat membayangkan hal itu terjadi. Aku merasa takut tidak bisa bertemu mereka kembali. Aku merasa sedih untuk tidak bisa membahagiakan mereka. Aku takut mereka terluka dengan perbuatanku sebelum aku membuat mereka bahagia. Aku tak ingin mereka bersedih melihatku.
Aku ingin sekali membahagiakan mereka sebelum hari-hari itu tiba. Aku ingat perjuangan, pengorbanan, tangisan dan nasehat mereka. Mereka sangat ingin ingin melihat aku bahagia. Mereka sangat peduli padaku. Mereka tak ingin aku gagal. Aku tahu sekali, mereka harus mengorbankan tidur mereka, mengorbankan tenaga mereka hanya utntuk kebahagiaanku. Aku takut sekali…
Aku takut melihat bendera kuning dirumahku berkibar. Aku takut ada sebuah kabar aku harus pulang ke rumah secepatnya. Aku tak ingin melihat rumahku ramai orang yang membawa tangisan. Aku belum siap..
Aku tak bisa membayangkan, saat kabar itu datang. Betapa aku harus menangis.. Aku tak ingin melihat mereka terbujur kaku di ruang tamu rumahku. Aku belum siap memeluk mereka dalam keadaan aku belum membahagiakan mereka. Apa yang ada dibenakku kelak.. Aku tak bisa memikirkan aku berlari pulang sedangkan aku belum meminta maaf kepada mereka. Teman-temanku hanya bisa mengatakan sabar. Tapi aapa aku kuat?
Andai aku bisa memilih, lebih baik aku saja yang dipanggil dahulu. Aku takut aku tak bisa menerimanya. Aku belum cukup kuat.
Aku ingat Ayahku, Ayahku selalu berjuang untuk kesuksesanku. Dia berjuang demi aku. Aku merasa kasihan padanya. Aku tak ingin melihatnya kecewa. Aku tak ingin seperti anak muda lain yang selalu meminta. Aku tak ingin seperti anak muda lain yang mengabaikan pengorban seorang Ayah. Ayahku sangat baik.. Ayahku sangat mulia.Aku tak ingin melihatnya pergi untuk selamanya. Aku belum memberikan apapun kepada Ayahku. Aku belum berbalas budi kepadanya. Aku ingat perkataannya, "Ayah sangat berjuang untuk kuliahmu, kamu berjuang, lihat Ayah mengorbankan semuanya hanya untukmu. Jangan mengecewakan kuliahmu. Ayah ingin melihatmu sukses. Aku terharu dalam hati aku menangis.
Aku ingat Ibuku, seorang Ibu terbaik di dunia ini. Setiap waktu selalu menasehatiku. Selalu berjuang demi anak-anaknya sukses. Bahkan Ibuku selalu peduli denganku. Ibu tak ingin melihat ku gagal. Aku merasa berdosa bila melihat Ibuku.
Ya Allah, jangan Engkau panggil mereka terlebih dahulu. Aku belum cukup kuat. Aku belum dapat membahagiakan mereka. Aku ingin sekali melihat mereka tersenyum dengan keberhasilanku. Aku ingin membalas segala kebaikannya. Aku ingin melihat mereka tersenyum dalam tangisannya. Aku tak sanggup bila Engkau harus memanggil mereka. Aku tak ingin terpisah..
Aku sangat beruntung terlahir dalam keluarga ini. Aku sangat bersyukur. Aku yakin mereka saat aku sedang menulis ini, mereka tak bisa tidur, mereka tak nyenyak tidur memikirkan diriku. Memikirkan biaya-biaya untuk keperluan anak-anaknya. Aku tersadar mereka adalah kekayaan bagiku. Aku merasa bersyukur. Lihat teman-temanku yang bernasib tak sama denganku. Teman-temanku harus berpisah terlebih dahulu dengan orang tua mereka. Sedih mendengarnya.. Aku tak bisa membayangkan itu terjadi kepadaku kelak. Bila Engkau saat memanggil Ayah dan Ibuku, Aku ingin saat aku sudah membuat mereka merasa bahagia.
Ada yang ingin engkau ketahui wahai Ayah, wahai Ibu, Aku sangat mencintaimu, sangat menyayangimu. Aku takut kehilangan senyumanmu kalian. Aku takut berpisah dengan keceriaan kalian. Aku tak ingin melihat kalian bersedih. Aku hanya ingin Ayah Ibu bahagia dunia akherat. Aku akan selalu mendo'akan kalian. Dalam setiap do'aku selalu ada kalian. Ayah, Ibu tenang saja. Aku akan berjuang seperti kalian yang selalu berkorban demi diriku. Jangan pernah meninggalkanku dahulu. Aku masih perlu dibimbing, dimanja, diarahkan. Aku tak ingin menyesal..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar