Powered By Blogger

Minggu, 23 Maret 2014

Prosa


Belum Berjudul
Aku duduk di bebatuan dan menyendiri tak mengerti akan pikiran dan hatiku. Dalam sendiri terselimuti perih, tak  terkira muncul pelangi dibalik udara yang menusuk dan suasana yang gelap dengan sunyi kelabu malam. Ku pandangi pelangi itu, dia mewarnai dan menyinari bagai mentari dan nampak mengudara dalam haluan jiwa. Hingga ku berjalan meyusuri malam dan  bertanya pada sepi, ku tuliskan pada kelam ,mungkinkah itu pelangi?? Namun mereka tidak tahu dan membisu. Dalam langkah-langkah kaki aku melangkah, ku ceritakan pada samudera gelap, ku singgahi langit hitam, hingga tersandar kembali kedaratan, tetapi  hanya diam yang terungkapkan.
Diri dan jiwa ini menyusuri  tepian pepohonan dengan air yang sunyi dan pasir-pasir kecil yang menggelitik, hatiku seakan melayang yang membutakan mata ,memekakkan telinga hingga terasa mematahkan sendi-sendi untuk berjalan. Laut pun menertawakanku ,disekitarku terbahak-bahak melihat diriku yang terbelenggu mencari rasa itu.
Aku berlari  menjauh ke utara, tiba-tiba senyuman pelangi itu muncul. Jantung tak menahan, hanya seiring embun yang bertahan. Pelangi itu benar-benar menyinari langit ,menghangatkan udara dan meredakan suasana. Aku  coba untuk mendekatinya dengan irama yang tak biasa, aku sapa warnanya, ku pandang diamnya dan ku tanya namanya. Namun pelangi itu pergi, menutupi hati namun berseri. Kecewa kurasakan, tangis ingin terkeluarkan dan  merunduk lah jiwa ini. Burung-burung menghampiriku, daun-daun berbisik ,gemercik air berteriak dan langit seakan ingin menyapa, bahwa pelangi itu hanya khayal jiwamu yang senantiasa mendampingimu dalam kelam malam yang selalu menjemput disetiap kesendirian hati, jiwa dan pikiranmu.


                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar