Belum Berjudul
Aku duduk di bebatuan dan
menyendiri tak mengerti akan pikiran dan hatiku. Dalam sendiri terselimuti
perih, tak terkira muncul pelangi dibalik
udara yang menusuk dan suasana yang gelap dengan sunyi kelabu malam. Ku pandangi
pelangi itu, dia mewarnai dan menyinari bagai mentari dan nampak mengudara
dalam haluan jiwa. Hingga ku berjalan meyusuri malam dan bertanya pada sepi, ku tuliskan pada kelam ,mungkinkah
itu pelangi?? Namun mereka tidak tahu dan membisu. Dalam langkah-langkah kaki
aku melangkah, ku ceritakan pada samudera gelap, ku singgahi langit hitam, hingga
tersandar kembali kedaratan, tetapi
hanya diam yang terungkapkan.
Diri dan jiwa ini menyusuri tepian pepohonan dengan air yang sunyi dan
pasir-pasir kecil yang menggelitik, hatiku seakan melayang yang membutakan mata
,memekakkan telinga hingga terasa mematahkan sendi-sendi untuk berjalan. Laut
pun menertawakanku ,disekitarku terbahak-bahak melihat diriku yang terbelenggu
mencari rasa itu.
Aku berlari menjauh ke utara, tiba-tiba senyuman pelangi itu muncul. Jantung tak menahan, hanya seiring
embun yang bertahan. Pelangi itu benar-benar menyinari langit ,menghangatkan
udara dan meredakan suasana. Aku coba
untuk mendekatinya dengan irama yang tak biasa, aku sapa warnanya, ku pandang diamnya
dan ku tanya namanya. Namun pelangi itu pergi, menutupi hati namun berseri. Kecewa
kurasakan, tangis ingin terkeluarkan dan merunduk lah jiwa ini. Burung-burung
menghampiriku, daun-daun berbisik ,gemercik air berteriak dan langit seakan
ingin menyapa, bahwa pelangi itu hanya khayal jiwamu yang senantiasa mendampingimu
dalam kelam malam yang selalu menjemput disetiap kesendirian hati, jiwa dan
pikiranmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar